Alhamdulillahirobbil'alamin.. Segala Puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam ini. Senang sekali rasanya pagi ini saya bisa melaksanakan sholat Subuh di masjid. Alangkah tenangnya hati ini ketika sampai di masjid. Sudah lama sekali saya ingin sholat Subuh di masjid dan akhirnya hari ini terlaksana juga. Hari ini adalah hari tenang bagi saya, selain memang benar-benar tenang karena memang hari ini adalah hari tenang untuk siswa SMA kelas XII yang akan melaksanakan Ujian Nasional mulai hari Senin-Kamis depan (16-19 April 2012), tetapi rasa ketenangan itu bertambah ketika saya sampai di masjid.
Melangkahkan kaki pertama kali untuk hari ini ke masjid merupakan keutamaan yang harus dilakukan secara rutunitas, agar hari yang dijalankan semua aktivitasnya akan berjalan lancar, InsyaAllah. Semoga rutinitas ini akan saya lakukan, meskipun banyak sekali godaan yaitu rasa kantuk yang besar, hawa dingin, dan pagar yang susah sekali dibuka -.-
Belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya, saya terus berusaha untuk tepat waktu dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Setelah saya telaah, jika kita terlambat dalam ibadah atau dalam hal apapun, itu sama halnya dengan kita tidak siap dalam melaksanakan tugas itu (ibadah). Sering kali saya terlambat baik dalam beribadah, berangkat ke sekolah, tertemu dengan orang yang telaj berjanji sebelumnya, dan lain sebagainya (semuanya ini termasuk ibadah) karena diawqal saya berpikir, apa salahnya terlambat 5-10 menit toh menunggu tidak akan lama. Namun setelah saya introspeksi, menunda atau terlambat adalah hal yang menandakan kita menyepelekan suatu hal, lebih-lebih kewajiban beribadah. Memang susah sekali menjalankan ibadah tepat waktu, karna beberapa intitusi didunia ini tidak memberikan waktu ibadah sesuai dengan jadwal ibadah sholat kita (5 waktu). Contohnya saja disekolah saya, istirahat pada siang hari adalah jam 1 siang, sedangkan itu adalah waktu yang sudah masuk sholat Dzuhur. Hal ini mungkin menjadi pengecualian dalam Islam karna kita tidak bisa memaksakan diri untuk beribadah. Niat adalah yang paling utama.
Siang nanti saya akan melaksanakan doa bersama disuatu lembaga bimbingan belajar. Munajat terlontar dari mulut dan hati ini, kepala tertunduk untuk memohon ridho Allah agar ujian yang saya dan teman-teman saya lakukan bisa berjalan dengan baik dan lancar. Saya percaya Allah selalu memberi bantuan dan pertolongan bagi hambanya, jadi mengapa harus bergantung pada manusia jika ada yang lebih berkuasa dan bisa diandalkan diatasnya. Dan Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Yakin dan percaya. Sekali lagi bergantung pada niat kita.
*lama sekali saya tidak menulis diblog saya, InsyaAllah saya akan rutin menulis agar kreatifitas ini berkembang dan karna memori otak tidak selamanya kuat, sehingga akan saya tuangkan disini. Semangat!!
Some text here.
More about me»
Jumat, 13 April 2012
Selasa, 25 Oktober 2011
9 Tanda Bahwa Bahagia (sederhana tapi belum tentu mutlak :)
Bahagia, mungkin adalah impian dari setiap manusia apalagi remaja yang sedang gencar-gencarnya memilah pergaulan. Tidak banyak orang yang merasakan hidupnya bahagia sepenuhnya. Mungkin ada beberapa yang beranggapan bahwa bahagia yang benar-benar mutlak adalah ketika kita sudah berada di akhirat (surga, *dari Al-Quran & hadist). Bayangkan jika teman-teman memiliki mobil, bisa travelling keliling dunia, rumah mewah, dan lain sebagainya. Tetapi Anda tidak bahagia?. Jadi untuk apa semua itu jika tidak memiliki makna dalam hidup Anda. Mulai sekarang jangan terlalu berfikir rumit mengenai bagaimana menjadi bahagia. Mulailah dari hal-hal kecil disekitar Anda untuk menemukan dan membagi kebahagiaan itu dendiri. Karena jika apa yang Anda lakukan bisa membuat orang lain atau lingkungan sekitar Anda bahagia itu jauh lebih indah. Seperti halnya kagiatan-kegiatan dibawah ini yang mungkin bisa menginspirasi teman-teman, apakah Anda termasuk orang yang telah bahagia atau belum merasa bahagia, silahkan disimak::
- Selalu tersenyum
- Punya saudara perempuan
- Jarang nonton TV
- Memajang suvenir atau foto di meja kerja
- Menjadikan olahraga sebagai prioritas
- Punya kehidupan cinta yang sehat
- Berkumpul dengan orang-orang yang bahagia
- Menyukai cokelat panas
- Punya dua teman baik
3 jobs writing for the next great and inspiring author
- fraternite = about friendship
- my uncle and aunt = about friendship and leadership
- kotak kecil untuk ibu = about the true love
one by one, step by step, bismillah, hope that book will be come true :)
- my uncle and aunt = about friendship and leadership
- kotak kecil untuk ibu = about the true love
one by one, step by step, bismillah, hope that book will be come true :)
Senin, 24 Oktober 2011
Remaja Menjadi Tulang Punggung Pariwisata
TeensThinkSmart! Yap!! Remaja yang pintar dan berakhlak mulia (bertingkah laku baik) harus selalu melakukan hal yang baik bagi sekitarnya. Tak terkecuali lingkungan, karena lingkungan adalah tempat tinggal kita dan lingkunganlah yang bisa membuat indahnya dunia dengan keelokan pariwisatanya. Pariwisata adalah salah satu aset budaya yang harus dijaga, apalagi remaja adalah generasi penerus bangsa. Remaja harus menjadi tulang punggung pariwisata. Remaja dengan intelektualitas yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran akan budaya dan mengurangi perilaku negatif. Untuk itu, remaja perlu dibina dan diberi pengetahuan tentang kepariwisataan.
Disparbud Jabar Herdiwan Iing Suranta mengatakan, "Kegiatan ini akan memberikan pengetahuan yang bernilai budaya, serta menambah wawasan tentang pariwisata yang memperhatikan lingkungan."
Program ini menyajikan materi kepariwisataan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, BNP Jawa Barat, STSI Bandung, dan STIEPAR Bandung. Kegiatan lapangan ke Imah Seniman, Lembang, juga termasuk dalam daftar acara. "Peserta dapat memahami bagaimana menjadi wisatawan yang baik, serta bagaimana mengatur bidang pariwisata yang baik," ujar Herdiawan.
Penelitian Menunjukkan Relawan Lebih Panjang Umur
GREAT! Ini adalah sebuah berita menggembirakan bagi saya, karena saya bergabung dalam organisasi sosial yang bergerak dalam lingkup relawan muda (Dhamysoga Youth Red Cross) menjadikan saya termotivasi untuk terus bergerak dalam bidang kemanusiaan. Selain berpahala, ternyata umur pun bisa bertambah. Memang ini adalah kegiatan yang membawa berkah, amin. Mengapa bisa demikian? simak yang berikut ini.
Sebuah hasil studi menunjukkan bahwa orang-orang yang menolong dengan alasan yang berfokus pada orang lain, bisa hidup lebih lama dibanding orang-orang yang tidak suka menolong. Akan tetapi, jika kegiatan menolong dilakukan dengan fokus diri sendiri, "bonus" umur panjang tidak akan berlaku.
Penelitian yang dilakukan oleh Sara Konrath bersama rekan-rekannya dari University of Michigan mengambil sampel acak sebanyak 10.317 orang dari Wisconsin Longitudinal Study. Para partisipan merupakan lulusan SMA tahun 1957, pada tahun 2008 usia mereka sekitar 69 tahun, dan sekitar setengah dari mereka adalah perempuan.
Pada 2004 para partisipan didata seputar seberapa sering mereka menjadi relawan dalam 10 tahun sebelumnya. Mereka juga ditanyai alasan menjadi relawan, atau jika ada yang belum pernah dan baru berencana menjadi relawan, apa alasan yang memotivasi rencana mereka.
Hasilnya, beberapa partisipan menyatakan alasan mereka lebih berorientasi pada orang lain, seperti "saya rasa menolong orang lain itu penting" atau "menjadi relawan adalah kegiatan penting untuk orang-orang yang saya kenal baik". Akan tetapi ada juga responden yang jawabannya lebih berorientasi pada diri sendiri seperti "menjadi relawan merupakan pelarian yang baik untuk masalah yang saya alami," atau "menjadi relawan membuat saya merasa lebih baik."
Para peneliti lalu membandingkan alasan para responden dengan informasi kesehatan fisik yang dikumpulkan pada 1992. Mereka juga memperhatikan status sosial ekonomi, kesehatan mental, dukungan sosial, status pernikahan dan faktor risiko kesehatan meliputi kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan indeks masa tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 2008 mereka yang menjadi relawan dengan titik berat pada kondisi orang lain punya tingkat mortalitas yang lebih rendah dibanding partisipan yang tidak menjadi relawan. Dari 2.384 partisipan non-relawan, 4,3 persen diantaranya meninggal empat tahun kemudian, sementara hanya 1,6 persen responden relawan yang meninggal pada tahun yang sama.
Sementara itu, partisipan yang mengaku menjadi relawan dengan fokus pada diri sendiri punya tingkat mortalitas yang hampir sama yaitu 4 persen dibanding mereka yang tidak menjadi relawan sama sekali.
"Cukup beralasan jika seseorang menjadi relawan demi keuntungan diri sendiri, akan tetapi hasil penelitian kami menunjukkan bahwa, ironisnya, jika keuntungan diri sendiri adalah motivasinya, mereka tidak mendapatkan keuntungan tersebut sama sekali," kata salah seorang peneliti Andrea Fuhrel-Forbis. (Sumber: LiveScience)
Penelitian yang dilakukan oleh Sara Konrath bersama rekan-rekannya dari University of Michigan mengambil sampel acak sebanyak 10.317 orang dari Wisconsin Longitudinal Study. Para partisipan merupakan lulusan SMA tahun 1957, pada tahun 2008 usia mereka sekitar 69 tahun, dan sekitar setengah dari mereka adalah perempuan.
Pada 2004 para partisipan didata seputar seberapa sering mereka menjadi relawan dalam 10 tahun sebelumnya. Mereka juga ditanyai alasan menjadi relawan, atau jika ada yang belum pernah dan baru berencana menjadi relawan, apa alasan yang memotivasi rencana mereka.
Hasilnya, beberapa partisipan menyatakan alasan mereka lebih berorientasi pada orang lain, seperti "saya rasa menolong orang lain itu penting" atau "menjadi relawan adalah kegiatan penting untuk orang-orang yang saya kenal baik". Akan tetapi ada juga responden yang jawabannya lebih berorientasi pada diri sendiri seperti "menjadi relawan merupakan pelarian yang baik untuk masalah yang saya alami," atau "menjadi relawan membuat saya merasa lebih baik."
Para peneliti lalu membandingkan alasan para responden dengan informasi kesehatan fisik yang dikumpulkan pada 1992. Mereka juga memperhatikan status sosial ekonomi, kesehatan mental, dukungan sosial, status pernikahan dan faktor risiko kesehatan meliputi kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan indeks masa tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 2008 mereka yang menjadi relawan dengan titik berat pada kondisi orang lain punya tingkat mortalitas yang lebih rendah dibanding partisipan yang tidak menjadi relawan. Dari 2.384 partisipan non-relawan, 4,3 persen diantaranya meninggal empat tahun kemudian, sementara hanya 1,6 persen responden relawan yang meninggal pada tahun yang sama.
Sementara itu, partisipan yang mengaku menjadi relawan dengan fokus pada diri sendiri punya tingkat mortalitas yang hampir sama yaitu 4 persen dibanding mereka yang tidak menjadi relawan sama sekali.
"Cukup beralasan jika seseorang menjadi relawan demi keuntungan diri sendiri, akan tetapi hasil penelitian kami menunjukkan bahwa, ironisnya, jika keuntungan diri sendiri adalah motivasinya, mereka tidak mendapatkan keuntungan tersebut sama sekali," kata salah seorang peneliti Andrea Fuhrel-Forbis. (Sumber: LiveScience)
Amerika Serikat Ingin Buat Satelit dari Sampah Angkasa
Puing-puing angkasa, yang terdiri dari satelit yang sudah mati, badan roket yang sudah terpakai dan sampah lainnya yang ada di orbit, selama ini jadi masalah besar. Ada banyak sekali benda mati di luar angkasa yang berpotensi mengalami tabrakan satu sama lain, dan mengakibatkan gundukan sampah di orbit.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat tengah mencari cara untuk memanfaatkan kembali sampah satelit yang melayang-layang di atas bumi itu mejadi komponen satelit yang bernilai guna, atau bahkan satelit yang sama sekali baru.
Militer Amerika Serikat Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) United States Department of Defense telah memulai program bernama Phoenix, yang bertujuan mencari onderdil satelit yang masih berfungsi untuk kemudian dikumpulkan dan dirangkai menjadi satelit baru.
Program Phoenix memanfaatkan kendaraan robot mirip mekanik untuk mengumpulkan antena dari satelit-satelit yang sudah mati tapi masih bisa berfungsi yang ada di orbit geosynchronous -- sekitar 35.406 Km di atas Bumi. Antena-antena tersebut kemudian ditautkan ke satelit berukuran sangat kecil "satlets", atau nanosatelite, yang diluncurkan dari Bumi.
"Jika program ini berhasil, puing angkasa bisa menjadi sumber daya angkasa," kata Direktur DARPA Regina Dugan.
Jika berhasil, Phoenix akan mampu menghemat pengeluaran untuk peluncuran satelit. Antena-antena biasanya berukuran besar dan berat sehingga membutuhkan banyak bahan bakar untuk meluncurkannya dari bumi, sementara meluncurkan satelit tanpa antena jauh lebih murah. (Sumber: Space.com)
Militer Amerika Serikat Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) United States Department of Defense telah memulai program bernama Phoenix, yang bertujuan mencari onderdil satelit yang masih berfungsi untuk kemudian dikumpulkan dan dirangkai menjadi satelit baru.
Program Phoenix memanfaatkan kendaraan robot mirip mekanik untuk mengumpulkan antena dari satelit-satelit yang sudah mati tapi masih bisa berfungsi yang ada di orbit geosynchronous -- sekitar 35.406 Km di atas Bumi. Antena-antena tersebut kemudian ditautkan ke satelit berukuran sangat kecil "satlets", atau nanosatelite, yang diluncurkan dari Bumi.
"Jika program ini berhasil, puing angkasa bisa menjadi sumber daya angkasa," kata Direktur DARPA Regina Dugan.
Jika berhasil, Phoenix akan mampu menghemat pengeluaran untuk peluncuran satelit. Antena-antena biasanya berukuran besar dan berat sehingga membutuhkan banyak bahan bakar untuk meluncurkannya dari bumi, sementara meluncurkan satelit tanpa antena jauh lebih murah. (Sumber: Space.com)
Kamis, 13 Oktober 2011
Korupsi dan Kekuasaan yang Merajalela di bawah Lemahnya Hukum
1.Korupsi
Secara etimologi, kata korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu corruptus yang merupakan kata sifat dari kata kerja corrumpere yang bermakna menghancurkan (com memiliki arti intensif atau kesungguh-sungguhan, sedangkan rumpere memiliki arti merusak atau menghancurkan. Dengan gabungan kata tersebut, dapat ditarik sebuah arti secara harfiah bahwa korupsi adalah suatu tindakan menghancurkan yang dilakukan secara intensif. Dalam dictionary.reference.com, kata corruption diartikan sebagai to destroy the integrity of; cause to be dishonest, disloyal, etc., esp. by bribery (Lihat “Corrupt | Define Corrupt at Dictionary.com”. Dictionary.reference.com. Retrieved 2010-12-06.)
2.Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikan rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari oang yang mempunyai kekuasaan itu. Kekuasaan sosial terdapat dalam semua hubungan sosial dan dalam semua organisasi sosial (Miriam Budiarjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, 1995: 35)Kekuasaan sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain, baik secara langsung dengan jalan memberi perintah, maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia (Robert M. Maclver, 1961: 87). Kekuasaan dalam suatu masyarakat selalu berbentuk piramida, yang disebabkan oleh kekuasaan yang satu menegaskan dirinya lebih unggul daripada yang lain. Piramida kekuasaan ini menggambarkan kenyataan bahwa dalam sejarah masyarakat golongan yang berkuasa dan yang memerintah itu relatif lebih kecil dari pada yang dikuasai (op cit., h.36)
Kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri. Kekuasaan politik merupakan bagian dari kekuasaan sosial, dan fokusnya ditujukan kepada negara sebagai satu-satunya pihak yang berwenang untuk mengendalikan tingkah laku sosial dengan paksaan (ibid., h.37)
3.White-collar crime
Pengertian dasar dari konsep white-collar crime yang dikemukakan oleh Sutherland adalah untuk menunjuk tipe pelaku dari suatu kejahatan, yaitu “orang dari kelas sosial ekonomi tinggi yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum yang dibuat untuk mengatur pekerjaanya” (Sutherland, 1949: 9). Orang dari kelas sosial ekonomi ini, menurut Sutherland, adalah mengacu kepada orang-orang yang berada di kelompok orang-orang terhormat.
Atas dasar pengertian di atas, tindakan kriminal seperti pembunuhan, perzinahan, dan peracunan tidak dapat dikategorikan sebagai white-collar crime meskipun kejahatan itu dilakukan oleh orang yang berstatus sosial ekonomi tinggi karena tindakan itu tidak memiliki kaitan dengan pekerjaannya. Kejahatan yang dilakukan oleh penjahat yang kaya, misalnya kecurangan dalam perjudian, yang memiliki kaitan erat dengan pekerjaannya, juga tidak dapat dikateogrikan sebagai white-collar criminal, karena penjahat tersebut tidak termasuk dalam golongan orang terhomat (Muhammad Mustofa, 2010: 17).
White-collar yang dimaksudkan oleh Sutherland adalah mereka yang merupakan orang-orang terhormat. Istilah itu merupakan istilah yang awalnya digunakan oleh Sloan, Direktur General Motors dalam bukunya The Autobiography of a White Collar Worker, yang memiliki arti lebih luas. White-collar menunjuk kaum penerima gaji yang mengenakan pakaian yang bagus-bagus dalam pekerjaanya, seperti karyawan administrasi kantor, para manajer dan para asistennya (Lihat Sutherland, 1949: 9, catatan kaki 7).
Pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukan oleh orang-orang terhormat ini biasanya berupa pemanfaatan wewenang untuk kepentingan pribadi, biasanya dalam usaha untuk mempertahankan jabatan atau memperoleh kekayaan. Terkait dengan hal ini, sistem keuangan negara yang berlaku di negeri ini merupakan lahan yang subur bagi praktik-praktik yang demikian. Selain itu, pemanfaatan sumber daya alam yang menjadi mesin utama bagi negara dalam menghasilkan dana juga membuka kesempatan terjadinya kejahatan oleh kerah puitih. White-collar crime dalam bentuk kejahatan korporasi tercatat terjadi di bidang yang berhubungan dengan perlindungan konsumen, pencemaran lingkungan, pembalakan hutan (Illegal loging).
Korupsi di Indonesia berkembang secara signifikan dalam jangka waktu beberapa tahun terakhir. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antar negara, Indonesia selalu menempati posisi paling rendah. Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang melihat peringkat Indonesia dalam perbandingan korupsi antar negara yang tetap rendah. Hal ini juga ditunjukkan dari banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia. . Survei Transparency International Indonesia berkesimpulan bahwa lembaga yang harus dibersihkan menurut responden, adalah: lembaga peradilan (27%), perpajakan (17%), kepolisian (11%), DPRD (10%), kementerian/departemen (9%), bea dan cukai (7%), BUMN (5%), lembaga pendidikan (4%), perijinan (3%), dan pekerjaan umum (2%).
Komisi Pemberantasan Korupsi selama ini hanya menyelamatkan uang negara sebanyak Rp. 6,2 triliun dari tindak pidana korupsi. “Uang sebanyak itu cukup jika digunakan untuk membangun 91.000 rumah sederhana bagi warga miskin” (kata Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqqodas di Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta)
Tindak pidana korupsi yang melibatkan pejabat negara diperkirakan juga meningkat hingga 2014, karena pada tahun itu Indonesia akan mengadakan pemilihan umum. Tindak pidana korupsi yang melibatkan pejabat dilakukan dengan cara mengeluarkan sebuah peraturan perundang-undangan sebagai dasar dari sebuah kebijakan, tetapi memiliki unsur untuk mendapatkan keuntungan. Hal itu menjadi sebuah model korupsi kontemporer yang terus menggejala di Indonesia, yang dilakukan baik dari sisi politik maupun birokrasi.
gayus timbunan uang ^^ |
Kasus-kasus lain yang dibahas dalam KPK yakni mengenai pajak negara, Gayus Tambunan yang menghabiskan 28 milyar uang rakyat untuk menyuap aparat negara, kasus Bank Century, dan skandal suap pembangunan wisma atlet oleh Nazaruddin. Publik tentu bertanya-tanya, begitu kuatkah Nazaruddin sehingga KPK sebagai superbody tak berani memeriksanya. Tak mengherankan pula muncul spekulasi politikus yang masih aktif sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang memegang kartu truf. Jika dijerat hukum, ia bisa membongkar borok para petinggi Demokrat.Orang tak habis pikir kenapa kasus Nunun begitu sulit dituntaskan. Ketika tersangka masih berada di Singapura pun sebetulnya KPK bisa meminta bantuan negara tetangga ini, paling tidak, untuk memeriksanya. Karena, Indonesia dan Singapura meratifikasi perjanjian bantuan timbal balik dalam masalah pidana. Apalagi selama ini berkembang asumsi keterangan Nunun, yang dituduh berperan membagikan cek suap kepada anggota DPR, amat penting untuk menyeret Miranda.Besarnya tekanan politik mungkin membuat KPK kehilangan keberanian. Pemimpin lembaga ini, juga para politikus dan petinggi partai, semestinya menyadari dampak buruknya. Rakyat akan kehilangan harapan, karena negara hukum ini seolah tak berdaya menghadapi Nunun dan Nazaruddin. Semoga Indonesia tidak mengalami keterpurukan didalam hal hukum kembali untuk masa depan nantinya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Followers
About Me
- dindaniar
- an ordinary teenager. just a student in sma 5 malang. experience around of health and redcross. like`sastra`, politic, science, communication and friendship.